Jumat, 17 Desember 2021

KEUTAMAAN MENDATANGI MAJELIS ILMU


 KEUTAMAAN MENDATANGI MAJELIS ILMU

Berikut diantara keutamaan menghadiri majlis ilmu:
 
1. Pahala Besar bagi yang mendatangi masjid untuk menuntut Ilmu
    Rasuulullaah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
من غدا إلى مسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه ، كان له كأجر حاج ، تاما حجته
"Barangsiapa yang bersegera ke masjid, tidaklah diinginkannya (untuk pergi ke masjid itu) kecuali   untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarkan kebaikan. Maka baginya pahala seperti orang yang melakukan haji dengan sempurna." (Diriwayatkan oleh Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir VI/99.)
 

Dari Anas bin Mâlik radiyallahu ' anhu, bahwasannya Nabi Shallallâhu alaihi wa Salam bersabda :

 مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

"Barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, kemudian ia duduk  berzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian ia shalat dua raka’at, maka baginya (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna".[HR at-Tirmidzi, II/481 no.586]

2. Dimudahkan jalan menuju Surga
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya   
jalan menuju Surga." (HR Muslim, 2699)
 
3. Diampuni dosanya oleh Allah
Rasuulullaah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
“Tidaklah duduk suatu kaum, kemudian mereka berzikir kepada Allah تَعَالىَ dalam duduknya hingga mereka berdiri, melainkan dikatakan (oleh malaikat) kepada mereka: Berdirilah kalian, sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian dan keburukan-keburukan kalian pun telah diganti dengan berbagai kebaikan.” (HR.Ath-Thabran) 
 
4. Malaikat akan menaungi para penuntut ilmu dengan sayapnya. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda,
و إنَّ الملائكةَ لَتضعُ أجنحتَها لطالبِ العلمِ رضًا بما يصنعُ ،
“Dan sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya kepada para penuntut ilmukan karena ridho atas yang telah dilakukan.”
 
MENGAPA HARUS BERGURU [MENGHADIRI MAJLIS ILMU]
Manfa'at berguru adalah agar terhindar dari perkara-perkara yang SESAT & untuk mnghindari FITNAH.

Adapun fungsi GURU atau SANAD (sandaran) adalah mencegah manusia untuk berbicara semaunya /seenak Gue, atau bicara hanya berdasarkan dari kerangka otaknya doang.

DENGAN SANAD, maka Hal-hal yang diajarkan Rosululloh, terjaga keaslian isi ilmunya, tanpa ada yang dikurangi atau di tambah-tambah (DI MODIFIKASI MANUSIA).

ﻭَﻻَ ﺗَﻘْﻒُ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟـﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺆُﻭﻻً  (ﺍﻹﺳﺮﺍﺀ : 36 )

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Israa’: 36)

Sebagian ulama berkata,

ﻓَﻴَﻘِﻴْﻨُﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﻤُﺸْﻜِﻼَﺕِ ﻇُﻨُﻮْﻥُ ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳُﺸَﺎﻓِﻪْ ﻋَﺎﻟِﻤًﺎ ﺑِﺄُﺻُﻮْﻟِﻪِ

Barangsiapa tidak mengambil dasar ilmu dari ulama, maka keyakinannya dalam perkara adalah TERTOLAK

Abu Hayyan berkata,

ﻳَﻈُﻦَّ ﺍﻟﻐَﻤْﺮُ ﺃَﻥَّ ﺍﻟﻜُﺘُﺐَ ﺗَﻬْﺪِﻱ ﺃَﺧَﺎ ﻓَﻬْﻢٍ ﻹِﺩْﺭَﺍﻙِ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡِ

Anak muda mengira bahwa buku membimbing orang yang mau memahami untuk mendapatkan ilmu

ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﺍﻟﺠَﻬُﻮْﻝُ ﺑِﺄَﻥَّ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﻏَﻮَﺍﻣِﺾَﺣَﻴَّﺮَﺕْ ﻋَﻘْﻞَ ﺍﻟﻔَﻬِﻴْﻢِ

Orang bodoh tidak mengetahui bahwa di dalamnya terdapat kesulitan yang membingungkan akal orang

ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻣْﺖَ ﺍﻟﻌُﻠُﻮْﻡَ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺷَﻴْﺦٍ ﺿَﻠَﻠْﺖَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺼِّﺮَﺍﻁِ ﺍﻟﻤُﺴْﺘَﻘِﻴﻢْ

Jika kamu menginginkan ilmu tanpa syaikh, niscaya kamu tersesat dari jalan yang lurus

ﻭَﺗَﻠْﺘَﺒِﺲُ ﺍﻷُﻣُﻮْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺣَﺘَّﻰ ﺗَﺼِﻴْﺮَ ﺃَﺿَﻞَّ ﻣِﻦْ ﺗُﻮْﻣَﺎ ﺍﻟﺤَﻜِﻴْﻢِ

Perkara-perkara menjadi rancu atasmu sehingga kamu kebih tersesat daripada Tuma al-Hakim

Ada maqolah ulama yang berbunyi :
مَنْ تَعَلَّمَ اْلعِلْمَ وَلَيْسَ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ شَيْطَانٌ
Barang siapa yang belajaar ilmu namun tidak berguru, maka gurunya adalah setan

Bahkan Imam Bukhari yang terkenal ahli hadits itu jumlah gurunya sampai 1.080 orang.

Oleh karena itu banyak ulama yang berkaata tentang pentingnya berguru dalam mempelajari ilmu bagi penuntut ilmu tingkat dasar dan menengah, diantaranya adalah :

1. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, beliau berkata :

فَاعْلَمْ أَنَّ الْأُسْتَاذَ فَاتِحٌ وَمُسَهِّلٌ، وَالتَّحْصِيْلُ مَعَهُ أَسْهَلُ وَأَرْوَحُ

Ketahuilah olehmu, bahwasanya guru itu adalah pembuka (yang tertutup) dan memudahkan (yang rumit). Mendapatkan ilmu dengan adanya bimbingan guru akan lebih mudah dan lebih menyenangkan. (Minhajul 'Abidin ilaa Janhati Rabbil 'Alamiin, halaman 8)

2. Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqaf, beliau berkata :

إِنَّ الْمَشِيْخَةَ شَأْنُهَا عَظِيْمٌ وَأَمْرُهَا عَالٍ جَسِيْمٌ

Sesungguhnya guru itu kedudukannya sangat penting dan peranannya amat tinggi lagi besar (Kitab Al-Fawaaidul Makkiyyah, halaman 25)

3. Syekh Zarnuji, beliau mengemukakan sebuah syair ciptaan sayyidina Ali

أَلَا لَا تَنَالُ اْلعِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ  #  سَأُنْبِيْكَ عَ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانِ

ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ   #  وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Ingatlah, kamu tidak akan merai ilm melainkan dengan enam perkara (syarat yang harus dipenuhi). # Aku akan ceritakan kepadamu semua itu dengan sejelas-jelasnya

Cerdas, semangat tinggi, ulet dan tabah, punya biaya # bimbingan guru dan waktunya lama. (Kitab Ta'lim Muta'allim, halaman 14)

4. Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar Al-Hadhrami, beliau berkata :

إِنَّ اْلأَخْذَ مِنْ شَيْخٍ لَهُ تَمَامُ الْإِطِّلَاعِ مِمَّا يُتَعَيَّنُ عَلَى طَالِبِ الْعِلْمِ، وَأَمَّا مُجَرَّدُ اْلمُطَالَعَةِ بِغَيْرِ شَيْخٍ إِتِّكَالًا عَلَى اْلفَهْمِ فَقَلِيْلَةُ الْجَدْوَى إِذْ لَابُدَّ أَنْ تَعْرِضَ عَلَيْهِ مُشْكِلَاتٌ تَتَّضِحُ لَهُ إِلَّا إِنْ حَلَّهَا شَيْخٌ

Bahwasanya mengambil ilmu dari seseorang guru yang sempurna penelaahannya itu dipandang penting bagi orang yang menuntut ilmu. Dan adapun semata-mata muthala'ah tanpa ada bimbingan dari guru karena mengandalkan pemahaman sendiri saja, maka sedikit hasilnya. Karena jika dia menemukan kerumitan-kerumitan, tidak akan jelas baginya kecuali adanya uraian dari guru. (Kitab manhalul Wurraadi min  Faidhil Imdaadi, halaman 102)

5. Al-Alamah Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ra

قال العلامة الشيخ بكر بن عبد الله أبو زيد رحمه الله في كتابه القيم حلية طالب العلم :
تلقي العلم عن الأشياخ:
الأصل في الطلب أن يكون بطريق التلقين والتلقي عن الأساتيذ، والمثافنة للأشياخ، والأخذ من أفواه الرجال لا من الصحف وبطون الكتب، والأول من باب أخذ النسيب عن النسيب الناطق، وهو المعلم أما الثاني عن الكتاب، فهو جماد، فأنى له اتصال النسب؟
وقد قيل:"من دخل في العلم وحده؛ خرج وحده"(1)؛ أي: من دخل في طلب العلم بلا شيخ؛ خرج منه بلا علم، إذ العلم صنعة، وكل صنعة تحتاج إلى صانع، فلا بد إذاً لتعلمها من معلمها الحاذق.

Al-Alamah Syeikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ra mengatakan dalam kitabnya Hilyah Thalib Al-Ilmi, 'Menerima Ilmu dari Para Masyayikh'.
Asal muda ilmu itu didapat dengan jalan bertalaqqi (bertemu/menerima langsung) dan didapat langsung dari para guru dan bimbingan para Masyayikh', mengambil ilmu dari mulutnya seorang lelaki bukan dari lembaran didalam kitab.

Pertama, dari bab mengambil bagian dari tema orang yg menyampaikan ilmu yaitu guru pembimbing (mu'allim) dan yg kedua dari kitab itu sendiri yg menjadi rujukan baku. Maka darimana sesungguhnya koneksi ilmu itu didapat?

Telah dikatakan : "Barangsiapa masuk mencari ilmu sendirian (tanpa guru), maka dia akan keluar dengan sendirian (tanpa ilmu)." Artinya, "Barangsiapa yg masuk untuk menuntut ilmu tanpa syaikh, maka dia keluar tanpa mendapat ilmu." Karena ilmu itu ditulis, dan setiap yg ditulis membutuhkan penulisnya/pengarangnya. Maka sudah seharusnya jika ingin mempelajari ilmu harus dari seorang pengajar yg pintar. (Al-Jawahir wa Ad-Durur Imam As-Sakhawi [5/58])

6. Al-Hafizh Ad-Dzahabi ra mengatakan :

قال الحافظ الذهبي رحمه الله تعالى في ترجمته له(2):
"ولم يكن له شيخ، بل اشتغل بالأخذ عن الكتب، وصنف كتاباً في تحصيل الصناعة من الكتب، وأنها أوفق من المعلمين، وهذا غلط"1هـ.

Al-Hafizh Ad-Dzahabi ra dalam kitab terjemahannya beliau mengatakan, "Dan bagi orang yg tidak memiliki syaikh pembimbing tetapi sibuk mengutip dari kitab untuk mengarang kitab dan menghasilkan karangan sebuah kitab yg cocok/sesuai dari para ahli ilmu hal ini adalah sebuah kesalahan." (Siir Al-A'lam An-Nubala' [18/105], Syarh Al-Ihya' [1/66], Bughyah Al-Wa'ah [1/131], Syadzrat Ad-Dzahab [5/11] dan Al-Ghunyah Li Al-Qadhi 'Iyadh [16-17])

Dlam kitab Al-Fawaaidul Makkiyyah, halaman 25 dan kitab Taudhihul Adillah, juz III, halaman 147, terdapat syair :

مَنْ يَأْخُذِ الْعِلْمَ عَنْ شَيْخٍ مُشَافَهَةً # يَكُنْ عَنِ الزَّيْغِ وَالتَّحْرِيْفِ فِى حَرَمٍ

Barang siapa yang mengambil ilmu dari seorang guru secara langsung bergadap-hadapan # niscaya akan terjagalah dia dari kesesatan dan kekeliruan

وَإِنَّ بْتِغَاءَ اْلعِلْمِ دُوْنَ مُعَلِّمٍ # كَمُوْقِدِ مِصْبَاحٍ وَلَيْسَ لَهُ دُهْنٌ

Dan bahwasanya menuntut ilmu tanpa ada bimbingan dari guru # Laksana seseorang yang menyalakan pelita, padahal pelita itu tidak berminyak

كُلُّ مَنْ يَطْلُبُ اْلعُلُوْمَ فَرِيْدًا # دُوْنَ شَيْخٍ فَإِنَّهُ فِى ضَلَالٍ

Setiap orang yang menuntut ilmu secara tersendiri # tanpa guru, maka sesungguhnya dia berada dalam kesesatan.

Berkata Al-Kholil bin Ahmad,

ﺍﻟﺮﺟﺎﻝ ﺃﺭﺑﻌﺔ ﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ
ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻏﺎﻓﻞ ﻓﻨﺒﻬﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ
ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﺟﺎﻫﻞ ﻓﻌﻠﻤﻮﻩ
ﻭﺭﺟﻞ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻋﺎﻗﻞ
ﻓﺎﺗﺒﻌﻮﻩ ﻭﺭﺟﻞ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻭﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ
ﻳﺪﺭﻱ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺎﺋﻖ ﻓﺎﺣﺬﺭﻭﻩ

“Orang-orang itu ada empat macam:
1. Seorang yang mengetahui dan tidak mengetahui bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang lalai maka ingatkalah ia
2. Dan seorang yang tidak tahu dan ia mengetahui bahwasanya ia tidak tahu, itulah orang yang jahil (bodoh) maka ajarilah ia.
3. Dan seorang yang mengetahui dan ia tahu bahwasanya ia mengetahui, itulah orang yang pandai maka ikutilah.
4. Dan seorang yang tidak tahu dan tidak tahu bahwsanya ia tidak tahu, dan dia mengajarkan orang, itulah orang tolol maka jauhilah dia”          (Atsar riwayat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ila As-Sunan Al-Kubro 1/441 no 828)
 
 
 

,THE POWER OF YOUTH AND WOMEN,

 

  


,THE POWER OF YOUTH AND WOMEN,

Oleh: H. M. Zainul Fahmi

Berfikir tentang masa depan adalah sebuah keniscayaan karena setiap individu pasti ingin masa depannya cerah dan bahagia, dalam memikirkan hal ini ada beberapa cara fikir seperti ada yang berfikir secara individual da nada secara Universal, nah saat ini anda sedang berhadapan dengan pemikiran yang Universal. Kenapa saya lebih cenderung berfikir secara Universal karena kebahagian yang kita raih bersama sama akan lebih membuat kita lebih bahagia, dari pada secara individual, gambarannya seperti ini:

Bila ada satu orang di antara kita meraih sebuah kesuksesan tentu kita semua bahagia saat melihat dan mendengarnya, tetapi saat kita berfikir tentang diri kita saya yakin ada keresahan, akan muncul sebuah pertanyaan “ kalau saya bagai mana…?” dia memang sudah OK tapi saya bagaimana…? Nah akan beda bila kita bahagia secara Universal, kita akan merasakan dan menikmati kebahagiaan bersama walaupun bentuk variasi kebagaiaan itu beragam, contohnya kita semua memiliki satu Fower yang dapat mengakomodasi kebahagian bersama, dari satu fower ini kita akan meraih mimpi yang berbeda, ada yang meraihnya melalui pengusaha, ada yang meraihnya melalui dakwah, ada yang meraihnya melalui pendidikan, pertanian, pariwisata dan lain lain.

Yang belum kita miliki di Desa Montong ajan ini adalah Fower itu, coba kita perhatikan SDM Montong Ajan sangat luar biasa, satu sisi saya ambil Pemudanya. Betapa besar Kekuatan Pemuda dan Pemudi di Montong Ajan ini, bahkan bila kita adakan kontestasi antara Pemuda, Pemudi dengan orang-orang tua jelas Pemuda dan Pemudilah akan akan keluar sebagai Juaranya. Di Montong Ajan ini kita telah berusaha membuat super fowernya tetapi nasib belum berpihak kepada kita,fower fower itu lebih cenderung kepada mengutamakan kebahagiaan nya pribadi, sementara kekuatan fower itu bersala dari kita para Muda mudi Montong Ajan ini.

Lalu kesalahannya pada siapa….ya jelas kepada mereka yang sudah di buat jadi fowe melupakan super fowernya. Hal inilah yang terjadi beberapa priode, sehingga secara tidak lansung hal ini mendorong para muda mudi untuk berfikir dan meraih kebahagian secara individu itu menurut saya hal yang wajar. Karena sebagian fower yang ada tdak bisa di andalkan. Akan tetapi yang saya khawatirkan adalah ketika kita berlarut larut berfikir tentang kebahagian dan kemajuan secara individual maka akan terjadi kemunduran fatal. Kita banyak tetapi tdak bernilai, kita banyak tetapi tdak bertenaga. Coba kita renungkan perkataan dari seorang tokoh yaitu KH. Wahid Hasyim.

لَقَدْ غَرَسُوْا حَتَّى أَكَلْناَ وَإِنَّناَ # لَنَغْرَسُوْا حَتَّى يَأْكُلَ النَّاسُ بَعْدَنَا

Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya. Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.

إِذَا فَاتَنِيْ يَوْمٌ وَلَمْ أَصْطَنِعْ يَدًا # وَلَمْ أَكْتَسِبْ عِلْماً فَمَاذَاكَ مِنْ عُمْرِيْ

Tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini?

 

Nah dua bait sya’ir ini mungkin kita bisa jadikan awal pemikiran, coba kita telaah bersama.

1.   1.    Para pendahulu telah menanam sehingga kita memakan buahnya. Sekarang kita juga menanam agar generasi mendatang memakan hasilnya.

Bila kita lihat dan renungkan ini sangat luar biasa, dan sangat benar. Tetapi letak kajian kita saat ini adalah “Apa yang telah di tanam oleh para pendahulu kita….?

Kalau seperti yang kita rasakan sekarang ini tentu para pendahulu kita telah menanam pohon yang salah, yaitu menanam pohon yang hanya mereka sendiri dapat memetik buahnya, sementara kita jangan kan menikmati manis buahnya, ikut bernaung saja tdak di izinkan, padahal saat menanam kita ikut menjaga benih, ikut mengusahakan pupuknya, ikut menjaga dari hama dan hal hal yang dapat merusak buah nya. Tetapi itu saat penanaman dan perawatan, setelah berbuah kita di lupakan. Ini yang saya maksudkan salah tanam dan salah cara menanam.

2.    Bila masa muda ini kita biarkan tampa karya yang berguna tentu tampaknya sia sia umur kita, karena nya mari kita membangun sebuah wacana pergerakan, semga para pemuda yang akan datang bisa mengikuti gerakan kita saat ini, di Desa kita ini belom ada gerakan pemuda yang membuat super power, sehingga dapat memberdayakan teman dan masyarakatnya, yang ada hanyalah diberdayakan, bahkan bahasa yang lebih fatal menurut pengamatan saya adalah lebih sering pemuda di tempat kita ini diperdayakan bukan diberdayakan...

Harapan kita jangan ada lagi orang tua yang mengatakan "sudahlah pemuda jangan di hiraukan, mereka masih bau kencur hanya suka berhura hura dan sebagainya" tapi mari kita buat para orang tua kita bangka dengan pemuda, pemuda itu tenaga nya besar, pemuda itu masih bebas tdak terikat gunakan kekuatan dan kebebasan mu untuk merubah daerahmu,

SIAPAKAH SETAN BISU ITU....?

    Islam sebagaimana agama paripurna yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan dan keluhuran tidak pernah membenarkan adanya perbuatan...