Islam sebagaimana agama paripurna
yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan dan keluhuran tidak pernah
membenarkan adanya perbuatan zalim atau aniaya kepada orang lain. Ajaran yang
dibawa oleh Nabi Muhamad ini tidak pernah membenarkan adanya tindakan zalim
dengan alasan dan motif apa pun. Segala perbuatan yang dinilai merugikan orang
lain merupakan perbuatan yang terlarang dan tidak bisa dibenarkan.
Allah swt dalam Al-Qur’an memberikan peringatan yang sangat tegas perihal
larangan berbuat zalim, dan ancamannya, orang-orang yang berbuat zalim tidak
hanya mendapatkan dosa namun juga mendapatkan laknat dari Allah dan siksa yang
pedih dalam neraka. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-Hud, yaitu:
أَلاَ
لَعْنَةُ اللّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ
Artinya, “Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) kepada orang yang zalim.” (QS Al-Hud [11]: 18).
وَنَقُولُ
لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا
تُكَذِّبُونَ
Artinya, “Dan Kami katakan kepada orang-orang yang zalim, ‘Rasakanlah olehmu azab neraka yang dulu kamu dustakan.’” (QS Saba’ [34]: 40).
يَوْمَ لا يَنْفَعُ الظَّالِمِينَ مَعْذِرَتُهُمْ وَلَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
Artinya, “(Yaitu) hari ketika permintaan maaf tidak berguna bagi orang-orang zalim dan mereka mendapat laknat dan tempat tinggal yang buruk.”
لاَ
يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Artinya, “Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu tidak beruntung.” (QS Al-An’am [6]: 21).
Siapakah orang orang yang zolim itu….?
Mari kita sedikit mengulas hal ini
Pengertian Zalim
Zalim dalam KBBI adalah bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, dan kejam. Sedangkan menurut wikipedia, zalim adalah bahasa Indonesia meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya.
Dalam Lisaanul Arab disebutkan:
الظُّلْمُ: وَضْع الشيء في غير موضِعه
Artinya : “Azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”
Secara istilah, zalim adalah melakukan sesuatu yang keluar dari kebenaran, baik karena kurang ataupun melebih batas. Selain itu, ada pula beberapa pendapat tentang arti zalim menurut para ulama, diantaranya:
1. Al Asfahani
هو: (وضع الشيء في غير موضعه المختص به؛ إمَّا بنقصان أو بزيادة؛ وإما بعدول عن وقته أو مكانه)
Artinya :“Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada posisinya yang tepat baginya, baik karena kurang maupun karena adanya tambahan, baik karena tidak sesuai dari segi waktunya ataupun dari segi tempatnya.” (Mufradat Allafzhil Qur’an Al Asfahani 537, dikutip dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
2. Al Jurjani
Ada pula yang menyebutkan bahwa perbuatan zalim adalah perbuatan menggunakan milik orang lain tanpa hak. Al Jurjani menerangkan:
هو عبارة عن التعدِّي عن الحق إلى الباطل وهو الجور. وقيل: هو التصرُّف في ملك الغير، ومجاوزة الحد)
Artinya: “Zalim artinya melewati koridor kebenaran hingga masuk pada kebatilan, dan ia adalah maksiat. Disebut oleh sebagian ahli bahasa bahwa zalim adalah menggunakan milik orang lain, dan melebihi batas.” (At Ta’rifat, 186, dikutip dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
Banyak orang mengira bahwa hukuman Allah kepada orang zhalim itu harus cepat, langsung setelah kezhaliman.
وهذا خطأ .. فالظالم يمر بأربع مراحل لا بد من فهمها جيدا
Orang zhalim itu melewati 4 fase, ini yang harus dipahami dengan baik oleh kita:
المرحلة الأولى :الإمهال والإملاء {وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ} وفيها يمهل الله الظالم لعله يتوب أو يرجع عما فعل.
Fase Pertama : Al-ImHâl wa Al-Imlâ' (Pembiaran dan Penangguhan)
وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِين(الأعراف : ١٨٣)
Artinya : "Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka.Sungguh, rencana-Ku amat tangguh dan terencana, kuat, dan tidak ada yang menandinginya." (Al-A'rôf : 183)
المرحلة الثانية : الاستدراج
Fase Ke-2 : Al-Istidrôj (Menarik sedikit demi sedikit kepada kehancuran, dengan memberikan banyak kenikmatan, kesuksesan, kemenangan dan melalaikan mereka untuk mensyukurinya).
{سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ - الأعراف : ١٨٢}
Artinya: "...akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui." (Al-A'rôf : 182)
وليس معناة أن تضيق الدنيا عليه، لا بل تفتح عليه الدنيا وترتفع الدرجة وتبسط عليه اللذات ويعطيه الله ما يطلب ويرجو بل وفوق ما طلب . لأن الدرج يدل على الإرتفاع والدرك يدل على النزول.
Artinya: Bukan artinya dunia jadi sempit bagi si zholim. Akan tetapi, dunia dibukakan baginya, kedudukannya naik, diluaskan baginya segala kelezatan dunia, diberikan keberhasilan, kemenangan.
Allah beri dia apa yang dia inginkan, karena ada kata 'ad darj' (الدرج), sedangkan kata 'ad-dark' (الدرك) menunjukkan suatu hal yang rendah atau dibawah.
المرحلة الثالثة : التزيين
Fase ke-3 : At-Tazyîn (syaitan menjadikan indah perbuatan buruk mereka)
{وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ - العنكبوت : ٣٨}
Artinya: "..syetan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka.." (Al-'Ankabût : 38)
وفيها يموت قلب الظالم فيرى ما يراه حسنا ، بل هو الواجب فعله لم يعد في قلبه حياة ، ليلومه على ما يفعل
Artinya: Di fase ini, hati si zholim mati. Ia melihat segala tindak tanduknya adalah baik, bahkan ia melihat hal yang dipandangnya itu wajib dilakukan. Kehidupan di hatinya tidak kembali lagi, kehidupan (hati) yang bisa mencela atas kejahatan yang ia lakukan.
المرحلة الرابعة : الأخذ
Fase ke-4 : Al-Akhdz (Siksa dari Allah)
{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ - هود: 102}
Artinya: "Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri² yang berbuat zhalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat". (QS Hûd : 102)
وفيها تتنزل العقوبة من الله تعالى على ... الظالم وتكون العقوبة شديدة جدا
artinya: Di fase inilah adzab dari Allah turun secara berangsur-angsur kepada si zholim, dan adzabnya amat perih.
احفظوا هذه المراحل جيدا { فَلَا تَعْجَلْ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّمَا نَعُدُّ لَهُمْ عَدًّا }
Artinya: "Maka janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (memintakan adzab) terhadap mereka, karena Kami menghitung dengan hitungan teliti (datangnya hari siksaan) untuk mereka". (QS Maryam : 84)
Saya ingain mengakhiri tulisan ini dengan bagai mana sikap kita kepada kezoliman yang kita ketahui, tidak ada orang yang dizolimi merasa senang bahagia, karena itu nabi menjelaskan.
عَنْ أَبِيْ سَعيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطعْ فَبِقَلبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإيْمَانِ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaknya dia ubah dengan tangannya (kekuasaannya). Kalau dia tidak mampu hendaknya dia ubah dengan lisannya dan kalau dia tidak mampu hendaknya dia ingkari dengan hatinya. Dan inilah selemah–lemahnya iman.” (HR. Muslim).
menurut hadis ini berbuatlah semampumu dalam mencegah kezoliman, jangan diam kalau anda diam coba simak perkataan Imam Abu Ali Ad Daqqooq An Naisaburi Asy Syafi’i berkata :
الساكت عن الحق شيطان أخرس، والناطق بالباطل شيطان ناطق
Artinya: “Orang yang berdiam diri dari (menyampaikan) kebenaran, maka ia adalah Syaithon Akhros (yakni setan yg bisu dari jenis manusia). Dan orang yang menyampaikan kebathilan ia adalah setan yang berbicara” (Disebutkan oleh imam An-Nawawi di dlm Syarah Shohih Muslim).
Allah Azza wa Jalla Berfirman :
وَإِذْ قَالَتْ أُمَّةٌ مِنْهُمْ لِمَ تَعِظُونَ قَوْمًا اللَّهُ مُهْلِكُهُمْ أَوْ مُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا قَالُوا مَعْذِرَةً إِلَى رَبِّكُمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (164) فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (165) فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ (166(
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata, “Mengapa kalian menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengadzab mereka dengan adzab yang amat keras?” Mereka menjawab, “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Rabb kalian dan supaya mereka bertakwa.” Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zhalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya. Kami katakan kepadanya, Jadilah kalian kera yang hina.” (QS Al A’raf 164 – 166)
Allah Azza wa Jalla Menceritakan perihal penduduk kota tersebut. Mereka terpecah belah menjadi tiga kelompok :
Kelompok pertama melanggar larangan dan memakai tipu muslihat dalam berburu ikan di hari Sabtu, seperti yang telah diterangkan penjelasannya dalam tafsir surat Al-Baqarah;
Kelompok kedua melarang perbuatan itu dan memisahkan diri dari mereka yang melanggar,
Kelompok ketiga yang bersikap diam, tidak mengerjakan, tidak pula melarang, tetapi mereka mengatakan kepada kelompok yang memprotes perbuatan tersebut,
“Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras ?”
Demikianlah dalam keseharian kita, banyak sekali orang yang berkata seperti dalam ayat ini “Sudah biarkan saja itu kan urusan mereka, nanti mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya di dunia dan di akhirat. Allah nanti yang akan menghancurkan mereka, Allah yang akan mengazab mereka”
Maka orang-orang yang selalu melakukan amar ma’ruf nahinmunkar ini menjawab :
“(kami mengingatkan orang-orang yang bermaksiat dan mengajak mereka kepada kebaikan), pertama sebagai bentuk udzur (alasan) nanti di hadapan Allah, ya Allah kami sudah sampaikan, ya Allah kami sudah memperingatkan, jangan Engkau Mengazab kami, karena kami sudah melakukan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar. Dan yang kedua agar mereka bertaqwa.”
“Maka ketika mereka lupa dengan apa yang diperingatkan kepada mereka, kami selamatkan orang-orang yang mencegah dari kemungkaran. Dan kami mengazab orang-orang yang dzolim dengan azab yang pedih”.
Jadi yang diselamatkan oleh Allah hanya kelompok kedua, yang melakukan Nahi Mungkar, mencegah kemungkaran dan memisahkan diri dari pelaku kemungkaran tersebut. Yang sholeh tapi diam saja, bahkan tetap berada di lingkungan para ahli maksiat dan kemungkaran itu maka ia akan diazab oleh Allah dan termasuk golongan orang-orang yang zholim. Oleh karenanya jangan kita tenang-tenang seraya berkata “Toh saya sholeh, toh saya gak ikut maksiat, tapi diam saja melihat maksiat, maka kita masuk ke dalam kelompok yang zholim,”